Click here for Myspace Layouts

Jumat, 11 Maret 2011

CARA MENGUATKAN IMAN UNTUK HATI YANG KERAS

Oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Shalîh Al-‘Utsaimîn

Tanya :
“Bagaimana seseorang mampu menjadikan imannya kuat padahal ia tidak
terpengaruh oleh ayat-ayat Al-Qur‘an yang dibacanya kecuali sedikit?
Jawab :
Ringkas kata, di sini nampak bahwa orang yang mengatakan perkataan ini
beriman kepada hari akhir dan membenarkannya, padahal dalam hatinya ada
sedikit sifat keras kepala. Pada zaman kita sekarang orang yang mempunyai
sifat keras kepala seperti ini sangat banyak. Yang menjadi penyebabnya
adalah sikap menjauhkan diri dari memperhambakan dan merendahkan diri
secara sempurna kepada Allah Subhanahu Wa Ta’aala.

Sekiranya manusia mau memperhatikan Al-Qur‘an dan merenungkannya, niscaya
hatinya akan lembut dan khusyû’ karena Allah Ta’aala berfirman,
“Sekiranya Kami menurunkan Al-Qur‘an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu
akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah.���
(Q.S. Al-Hasyr: 21)

Diantara sebab-sebab manusia menjadi bersifat keras kepala adalah karena
glamournya kehidupan dunia masa kini dan terfitnah oleh keglamouran ini
serta banyaknya kesulitan-kesulitan hidup di dunia. Oleh karena itu, Anda
menemukan orang-orang kecil yang tidak memiliki akses kepadanya, mereka
justru menjadi orang yang khusyû’ dan lebih banyak menangis daripada
orang-orang yang terpandang. Hal ini dapat kita saksikan dan kalianpun
dapat menyaksikan orang seperti ini sekarang di lantai-lantai Masjidil
Haram.

Anda dapat menemukan remaja-remaja berumur 18 tahun dan yang sebaya
dengannya menangis ketika membaca ayat-ayat Al-Qur‘an yang berisikan
ancaman dan kabar gembira.
Tangis mereka lebih keras daripada tangis orang-orang dewasa, karena hati
mereka lebih lembut. Hal ini disebabkan mereka belum banyak tergantung
kepada dunia dan belum pula terjepit oleh berbagai kesulitan yang besar
ataupun yang kecil. Oleh karena itu, kita melihat mereka jauh lebih
khusyû’ dan hatinya lebih lembut daripada mereka yang memperoleh akses
dunia dan mendapatkan kesempatan mengolah dunia, sehingga hati mereka
galau, pikiran mereka bercabang-cabang ke sana kemari.

Maka dari itu, nasihat kepada saudara adalah hendaknya hatinya dan
pikirannya terfokus pada agama saja, (disertai dengan) keinginan kuat
untuk membaca Al-Qur‘an dengan penuh renungan dan perlahan-lahan.
Hendaknya ia juga berkemauan keras untuk menelaah hadits-hadits yang
membuat kabar gembira dan ancaman agar hatinya menjadi lunak.

(Dijawab oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Shâlih Al-‘Utsaimîn dalam kitab
Majmû’ Durûs wa Fatâwâ Al-Harâm Al-Makkî, juz 3, hlm. 380.)

Sumber : BULETIN DAKWAH AT-TASHFIYYAH, Surabaya, Edisi 17/R
Di kutip dari : http://www.mail-archive.com/daarut-tauhiid@yahoogroups.com/msg05094.html

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites