Click here for Myspace Layouts

Selasa, 30 November 2010

Pesona tradisional batik madura

Batik Madura sebagai salah satu warisan budaya tradisional Indonesia kini menambah daftar aset perbatikan yang sudah ada di Nusantara khususnya di pulau Jawa disamping batik Solo, batik Yogyakarta, batik Pekalongan, batik Cirebon, batik Lasem & batik Indramayu (Dermayu).

Ibarat putri cantik yang baru bangun dari tidur panjangnya, batik asal negeri Joko Tole ini mulai banyak dibicarakan tidak hanya oleh penggemar batik di seluruh Indonesia melainkan juga oleh mereka yang berada di luar negeri. Tidak heran bila batik Madura sekarang di jadikan sebagai primadona dan ikonnya batik Jawa Timur.
Bila dilihat dari sisi sejarahnya, sampai saat ini belum ada data yang jelas mengenai sejak kapan masyarakat pulau Madura pertama kali mengenal batik. Termasuk juga, siapa yang membawa masuk dan mengenalkan teknik membatik kepada masyarakat yang tersohor dengan tradisi Karapan Sapi dan juga Ramuan (jamu) Madura ini.
Beberapa pihak ada yang mengatakan bahwa membatik sudah dilakukan oleh masyarakat pulau garam tersebut lebih dari satu abad atau lebih dari 100 tahun yang lalu (tepatnya belum diketahui) dan karena kemisteriusannya tersebut, beberapa budayawan luar negeri sangat tertarik terhadap keberadaan tradisi batik Madura itu sendiri dan menjadikannya sebagai objek penelitan.
Dibalik itu semua, yang sudah pasti adalah batik yang berasal dari sebuah pulau yang terpisah dan secara geografis berada di sebelah utara pulau Jawa serta memiliki 4 Kabupaten (Sampang, Bangkalan, Pamekasan & Sumenep) tersebut mempunyai ciri khas atau perbedaan yang sangat unik mulai dari : proses pembuatan, corak dan warna termasuk juga motif (pola) yang menghiasi batik hasil karya masyarakat setempat.
Apa saja keunikan yang terdapat di dalamnya, satu persatu akan dibahas untuk mengenalkan batik Madura kepada masyarakat pecinta batik baik di dalam maupun di luar negeri sebagai budaya & tradisi yang memiliki nilai estetika sangat tinggi dan merupakan warisan luhur dari bangsa Indonesia.

1.    Proses Pengerjaan Batik Madura.
Layaknya pembuatan batik, prosesnya hampir sama dengan cara pengerjaan batik pada umumnya. Perbedaannya terletak pada pemakaian bahan seperti : abu dari sisa pembakaran kayu tungku dan “minyak dempel” (istilah setempat) untuk merendam kain / bahan yang akan di pakai membatik. Fungsinya sebagai penetralisir kandungan kimia pada kain serta bertujuan agar proses pewarnaan bisa meresap masuk ke dalam serat kain sehingga warnanya tidak mudah luntur (pudar).
Demikian juga untuk mendapatkan warna-warna yang di inginkan, bahannya masih mengandalkan kepada alam terutama tumbuh-tumbuhan seperti : daun pohon nila, daun jambu biji, akar pohon mengkudu / pace, kulit pohon soga, kunyit dll.
Disamping itu, yang tidak kalah menariknya adalah untuk mendapatkan warna gelap (pekat) perlu dilakukannya sebuah proses perendaman yang memakan waktu sedikitnya 2 bulan. Proses perendaman dilakukan didalam sebuah tempat yang disebut “genthong” (wadah air yang terbuat dari tanah liat / gerabah) dan semakin lama waktu  untuk merendam maka semakin pekat warna yang dihasilkan. Disamping itu juga warnanya mampu bertahan hingga puluhan tahun lamanya.
Oleh masyarakat Madura, batik yang dihasilkan dari proses seperti tersebut di atas disebut dengan nama “Batik Genthongan” dimana harganya bisa mencapai ratusan ribu sampai  jutaan rupiah perlembarnya. Kain batik semacam inilah yang sangat disukai, diincar bahkan diburu oleh para pecinta  batik (terutama kolektor batik) dari seluruh penjuru dunia meskipun harganya selangit dikarenakan proses pengerjaannya yang begitu lama (3 – 6 bulan), sangat unik & tradisonal (natural).
2.    Corak & Warna Batik Madura.
Ciri khas lain yang dimiliki oleh batik Madura adalah corak yang sangat ekspresif, bebas, sederhana namun tegas. Demikian juga warnanya terkesan sangat berani (terang) dan cenderung mencolok. Pemakaian corak & warna-warni yang sedikit “nge-jreng” tersebut bisa dikatakan sebagai pengaruh dari karakter masyarakat Madura itu sendiri yang dikenal sangat terbuka,  pemberani serta pantang menyerah dalam menjalani kehidupan sebagai masyarakat pesisir yang sering berhadapan langsung dengan kerasnya gelombang samudra.
3.    Motif Batik Madura.
Batik Madura Motif KerangSebagai masyarakat kepulauan yang menggantungkan hidup sepenuhnya menjadi nelayan dan akrab dengan lautan, motif yang tergambar di dalam batik Madura banyak di ilhami oleh kehidupan laut itu sendiri, mulai dari flora (tumbuhan) maupun fauna (binatang) seperti : rumput laut, ganggang laut, bintang laut, siput, kerang, tiram sampai dengan motif yang mirip dengan bentuk badan ikan sotong (cumi-cumi).
Ada juga motif-motif atau pola lainnya seperti bunga, daun serta pohon / kayu dan lain-lain yang semuanya tumbuh disekitar pantai dan tidak jauh dari gambaran sebagai masyarakat pesisir.
Inilah beberapa perbedaan yang menjadikan batik Madura mempunyai ciri khas tersendiri serta tidak dimiliki oleh batik-batik dari daerah lain. Perbedaan ini semakin menambah khasanah dan perbendaharaan batik Indonesia sebagai budaya asli negeri tercinta.

Dikutip dari : http://www.batikmaduraonline.com/pesona-tradisional-batik-madura.html

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites