Click here for Myspace Layouts

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 16 November 2011

Gambaran Terbaru Struktur Bima Sakti

Semula, galaksi Bima Sakti digambarkan sebagai sebuah struktur spiral dengan empat lengan yang tersusun atas bintang-bintang, masing masing adalah lengan Norma, Scutum-Centaurus, Sagittarius, dan Perseus. Selain itu terdapat pula pita gas dan debu di daerah pusat galaksi. Matahari kita terletak pada sebuah lengan kecil yang disebut lengan Orion, yang terletak diantara lengan Sagittarius dan Perseus.
Model yang disusun berdasarkan observasi radio tahun 1950-an terhadap gas-gas dalam galaksi ini bertahan hingga mengalami revisi pada tahun 1990-an. Berdasarkan hasil dari large infrared sky survey, ditemukan keberadaan pita besar yang terdiri dari bintang-bintang di tengah galaksi Bima Sakti. Sinar inframerah dapat menembus debu, dan dengan demikian teleskop yang dirancang untuk mengumpulkan sinar inframerah dapat melihat lebih jelas kedalam pusat galaksi yang dipenuhi debu dan aneka macam objek.
Berikutnya, pada 2005, para astronom mulai menggunakan detektor inframerah pada teleskop antariksa Spitzer untuk memperoleh informasi lebih rinci mengenai pita tersebut. Sekelompok astronom yang dipimpin oleh Robert Benjamin dari University of Wisconsin menemukan bahwa pita yang terentang dari pusat Galaksi ke arah luar tersebut lebih luas dan lebih panjang dibanding yang diperkirakan sebelumnya.
Mereka memperoleh citra inframerah terbaru dari Bimasakti yang menunjukan galaksi ini terentang 130 derajat di sepanjang langit dan satu derajat merentang dari bidang galaksi menuju ke atas dan bawah. Mosaik ini terdiri dari 800.000 gambar yang diambil dan menampilkan lebih dari 110 juta bintang.

Selasa, 11 Oktober 2011

MABEL Robot Tercepat di Dunia Bergerak Dengan Kecepatan 10.9 Km/Jam

 


Para peneliti dari University of Michigan Amerika berhasil menciptakan sebuah robot yang diklaim menjadi robot tercepat di dunia. Mabel, nama robot tersebut mampu bergerak dengan kecepatan 10.9 km/jam, mengalahkan robot Toyota dan ASIMO yang masing-masing hanya mampu bergerak dengan kecepatan 4.3 km/jam dan 3.7 km/jam.

Senin, 10 Oktober 2011

Jadwal Liga Spanyol Lengkap 2011 2012

Jadwal Liga Spanyol Lengkap 2011 2012 – Jadwal La Liga Spanyol – kompetisi yang satu ini memang benar-benar menjadi saingan liga inggris, karena memang sama-sama menyuguhkan permainan yang sangat bagus sekali, tentunya anda juga butuh jadwal liga inggris lengkap, sudah saya sedikan kok di artikel sebelumnya.
Bagi maniak yang sering berkunjung ke situs agen bola online pastinya merka sangat membutuhkan jadwal liga spanyol lengkap musim 2011 dan 2012 karena untuk mengetahui setiap pertandingannya, simak saja jadwalnya di bawah ini :
Jadwal Liga Spanyol 2011 Pekan 1 – Minggu, 21 Agustus 2011
• Espanyol v Granada
• Levante v Real Zaragoza
• Malaga v Barcelona
• Osasuna v Valencia
• Racing Santander v Getafe
• Rayo Vallecano v Mallorca
• Real Betis v Sevilla
Real Madrid v Athletic Bilbao
• Real Sociedad v Atletico Madrid
• Villarreal v Sporting Gijon
Jadwal Liga Spanyol 2011 Pekan 2 – Minggu, 28 Agustus 2011
• Athletic Bilbao v Rayo Vallecano
• Atletico Madrid v Osasuna
• Barcelona v Villarreal
• Getafe v Levante
• Granada v Real Betis
• Mallorca v Espanyol
• Real Zaragoza v Real Madrid
• Sevilla v Malaga
• Sporting Gijon v Real Sociedad
• Valencia v Racing Santander
Jadwal Liga Spanyol 2011 Pekan 3 – Minggu, 11 September 2011
• Espanyol v Athletic Bilbao
• Malaga v Granada
• Osasuna v Sporting Gijon
• Racing Santander v Levante
• Rayo Vallecano v Real Zaragoza
• Real Betis v Mallorca
• Real Madrid v Getafe
• Real Sociedad v Barcelona
• Valencia v Atletico Madrid
• Villarreal v Sevilla

Jumat, 29 April 2011

Sejarah Tembakau Madura

Oleh : M. Muhri  Zaien
Ketika istilah tembakau disebut, nama Madura tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Seakan nama tembakau telah menyatu dan mem batu dalam kehidupan Madura. Artinya, menyebut tembakau secara otomatis juga menyebut Madura, sehingga muncul istilah Tembakau Madura atau Madura sebagai basis daun tembakau yang selalu menjadi harapan orang-orang Madura.
Hal ini terjadi, karena bagi orang-orang Madu ra, tembakau telah menjadi bagian yang include dalam kehidupan Madura, bahkan telah menjadi sesuatu yang selalu diharapkan oleh seluruh masya rakat Madura. Tidak heran kalau pada gilirannya, namun tembakau memiliki sinonim yang sangat luar biasa di kalangan masyarakat Madura sebagai daun emas. Daun emas berarti dengan tembakau yang dipanen, orang-orang Madura dapat membeli emas dan mendapat banyak uang.
Sebab, dengan tembakau orang madura memili ki harapan sangat besar mendapatkan banyak uang dan bisa jadi juga mendapatkan emas. Terlalu muda bagi orang madura, apabila musim panen tembakau tiba, tidak jarang orang Madura menjadi kan momentum ini sebagai momentum penuh nik mat, akibat keuntungan yang dipetik dari daun e-mas bernama tembakau.
Akibatnya, sejak dahulu kala sampai kini bagi masyarakat Madura, tembakau tetap menjadi pili han primadona yang idak terkalahkan. Kesadaran akan makna penting tembakau bagi orang-orang Madura bahkan lebih dari hanya sekedar itu : tem bakau telah dianggap sebagai musim penuh nikmat yang tidak boleh terlewatkan begitu saja. Hampir semua tanah, baik persawahan maupun pegunu ngan pada saat musim tembakau penuh dengan tanaman daun emas ini. Para petani bunting banting tulang siang malam dan cari modal sana sini hanya untuk membuktikan bahwa tembakau merupakan satu-satunya yang selalu diharapkan.
Ihwal Tembakau Madura
Dalam bukunya “Madura Dalam Empat Zaman” : Pedagang Perkembangan Ekonomi, dan Islam” (1989 : 45), Huub de Jonge menulis bahwa timbul nya dan penyebarluasan penanaman tembakau komersial di Madura sangat banyak ditentukan oleh perkembangan agraris di pualu tetangga Jawa. Ba ik tanaman perdagangan waktu sistem Tanam Paksa maupun pertanian perkebunan dalam tahun-tahun kemudian, secara tidak langsung mempunyai arti penting bagi budidaya tembakau rakyat Madura.
Tulisan Huub de Jonge di atas merupakan bukti sangat sederhana bahwa proses tataniaga di Ma dura, sebenarnya merupakan tradisi impor yang datang dari luar Madura dan bukan merupakan tradisi asli masyarakat Madura. Walaupun, kini tem bakau telah menjadi bagian dari Madura Tembakau dan Madura telah menjadi satu bagian yang nota bene tidak bisa terpisahkan.
Bahkan, kini tembakau madura menjadi temba kau yang selalu diperhitungkan. Tidak heran kalau pada gilirannya tembakau Madura menjadi incaran pengusaha, karena kualitas yang sulit ditemukan di daerah-daerah lain di luar madura. Tembakau Madura sepertinya telah menjadi idiom faktual yang menaburkan aroma harum dan enak sebagai kon sumsi rokok.
Tembakau Prancak misalnya, merupakan tem bakau idaman di daerah Kabupaten Sumenep yang diyakini memiliki kualitas sebagai tembakau terbaik dalam konteks lokal Sumenep, bagi masyarakat Prancak Pasongsongan ini, musim tembakau benar-benar menjadi musim terindah dengan kenikmatan uang yang berlimpah akibat panen tembakau. Bisa jadi, bagi masyarakat Prancak, musim tembakau merupakan musim kemenangan yang selelu ditunggu dan ditunggu.
Artinya, walaupun tembakau merupakan tradisi impor dari luar Madura, ternyata tanah Madura yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai tanah yang meranggas dan tidak produktif, pada sisi yang lain menyimpan potensi tembakau yang tidak bisa disepelekan. Madura diakui ataupun tidak telah menjadi penyumbang tanaman yang tidak bisa disepelekan. Karena tembakau yang dilahirkan dari rahim tanah Madura telah membuktikan sebagai salah satu tembakau yang sangat bernilai dan menjadi rebutan pabrik rokok.
Karena secara historis, usaha untuk mentemba kaukan Madura pada awalnya tidak lepas dari rin tangan dan penuh dengan liku-liku, sebelum masuk ke Madura proses uji coba penanaman tembakau di Madura tidak seperti yang terjadi saat ini. Pertim bangan-pertimbangan dari Pemerintah Belanda pada waktu itu benar-benar menjadi alasan betapa penanaman tembakau di Madura menghadapi rinta ngan. Stigma klasik tanah Madura yang tidak produk tif menjadi catatan bagi pemerintahan ketika itu untuk mempertimbangkan penanaman tembakau di bumi Madura.
Menuru Huube de Jonge (hlm. 148), di Madura dalam tahun 1830 diadakan percobaan dengan tembakau. Namun residen Surabaya segera mem beritahukan kepada Gubernur Jenderal, Madura sama sekali tidak cocok untuk penanaman temba kau. Lahan-lahannya yang rendah penuh dengan batu-batu dan tanahj yang tinggi mengandung terlalu banyak kapur. Lagi pula sangat kekurangan air, sehingga “semua budidaya tanaman yang mem butuhkan pengairan atau kelembaban, tidak akan berhasil disana”. Karena ekspremen dengan tana man-tanaman lain, pada waktu itu Madura selamat dari tanaman paksa yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial.
Namun demikian, menurut Huube (hlm. 149), orang-orang Madura dapat mengenal penanaman tembakau dengan cara lain. Banyak orang Madura dalam waktu singkat atau lama memperoleh peker jaan di budidaya tembakau gubernemen di Jawa. Para migran ini bekerja sebagai kuli di gudang-gu dang tembakau atau dengan menerima bayaran, mereka mengganikan petani jawa, yang dengan jalan ini dapat melepaskan diri dari kerja paksa.
Setidaknya sejak itulah, orang-orang Madura mulai dapat mengenal budidaya tembakau, yang pada gilirannya menjadi tanaman unik dan idaman masyarakat Madura. Tembakau dalam bahasa yang terlalu ideal bisa disebut telah menjadi pangkuan utama bagi masyarakat Madura sepanjang masa. Orang-orang Madura sampai kini mungkin masih menganggap tembakau sebagai dewa penolong yang selalu menaburkan berkah dan diidamkan dalam setiap tahun.
Selanjutnya, darimanapun asal mula penana man tembakau, hari ini Madura telah membuktikan sebagai daerah produk tif untuk budidaya temba kau. Asumsi yang pernah ditakutkan oleh Pemerintah kolonial Belanda dulu, ternyata tidak bisa dija dikan sebagai kesimpulan untuk mengatakan Madu ra sebagai daerah kering yang tidak bisa menyimpan apa-apa. Madura memang meranggas, tetapi tidak sepenuhnya, karena budidaya tembakau yang se tiap musim menjadi primadona masyarakat Madura menjadi bukti konkrit tentang Madura yang sebe narnya. Tembakau Madura masih tetap bisa dian dalkan.

Di kutip : http://tabloid_info.sumenep.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=204&Itemid=28

Rabu, 13 April 2011

Sejarah Singkat Imam Syafi'i

Beliau bernama Muhammad dengan kun-yah Abu Abdillah. Nasab beliau secara lengkap adalah Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin ‘Utsman bin Syafi‘ bin as-Saib bin ‘Ubayd bin ‘Abdu Zayd bin Hasyim bin al-Muththalib bin ‘Abdu Manaf bin Qushay. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah pada diri ‘Abdu Manaf bin Qushay. Dengan begitu, beliau masih termasuk sanak kandung Rasulullah karena masih terhitung keturunan paman-jauh beliau , yaitu Hasyim bin al-Muththalib.
Bapak beliau, Idris, berasal dari daerah Tibalah (Sebuah daerah di wilayah Tihamah di jalan menuju ke Yaman). Dia seorang yang tidak berpunya. Awalnya dia tinggal di Madinah lalu berpindah dan menetap di ‘Asqalan (Kota tepi pantai di wilayah Palestina) dan akhirnya meninggal dalam keadaan masih muda di sana. Syafi‘, kakek dari kakek beliau, -yang namanya menjadi sumber penisbatan beliau (Syafi‘i)- menurut sebagian ulama adalah seorang sahabat shigar (yunior) Nabi. As-Saib, bapak Syafi‘, sendiri termasuk sahabat kibar (senior) yang memiliki kemiripan fisik dengan Rasulullah saw. Dia termasuk dalam barisan tokoh musyrikin Quraysy dalam Perang Badar. Ketika itu dia tertawan lalu menebus sendiri dirinya dan menyatakan masuk Islam.
Para ahli sejarah dan ulama nasab serta ahli hadits bersepakat bahwa Imam Syafi‘i berasal dari keturunan Arab murni. Imam Bukhari dan Imam Muslim telah memberi kesaksian mereka akan kevalidan nasabnya tersebut dan ketersambungannya dengan nasab Nabi, kemudian mereka membantah pendapat-pendapat sekelompok orang dari kalangan Malikiyah dan Hanafiyah yang menyatakan bahwa Imam Syafi‘i bukanlah asli keturunan Quraysy secara nasab, tetapi hanya keturunan secara wala’ saja.
Adapun ibu beliau, terdapat perbedaan pendapat tentang jati dirinya. Beberapa pendapat mengatakan dia masih keturunan al-Hasan bin ‘Ali bin Abu Thalib, sedangkan yang lain menyebutkan seorang wanita dari kabilah Azadiyah yang memiliki kun-yah Ummu Habibah. Imam an-Nawawi menegaskan bahwa ibu Imam Syafi‘i adalah seorang wanita yang tekun beribadah dan memiliki kecerdasan yang tinggi. Dia seorang yang faqih dalam urusan agama dan memiliki kemampuan melakukan istinbath.
 

Waktu dan Tempat Kelahirannya

Beliau dilahirkan pada tahun 150H. Pada tahun itu pula, Abu Hanifah wafat sehingga dikomentari oleh al-Hakim sebagai isyarat bahwa beliau adalah pengganti Abu Hanifah dalam bidang yang ditekuninya.
Tentang tempat kelahirannya, banyak riwayat yang menyebutkan beberapa tempat yang berbeda. Akan tetapi, yang termasyhur dan disepakati oleh ahli sejarah adalah kota Ghazzah (Sebuah kota yang terletak di perbatasan wilayah Syam ke arah Mesir. Tepatnya di sebelah Selatan Palestina. Jaraknya dengan kota Asqalan sekitar dua farsakh). Tempat lain yang disebut-sebut adalah kota Asqalan dan Yaman.
Ibnu Hajar memberikan penjelasan bahwa riwayat-riwayat tersebut dapat digabungkan dengan dikatakan bahwa beliau dilahirkan di sebuah tempat bernama Ghazzah di wilayah Asqalan. Ketika berumur dua tahun, beliau dibawa ibunya ke negeri Hijaz dan berbaur dengan penduduk negeri itu yang keturunan Yaman karena sang ibu berasal dari kabilah Azdiyah (dari Yaman). Lalu ketika berumur 10 tahun, beliau dibawa ke Mekkah, karena sang ibu khawatir nasabnya yang mulia lenyap dan terlupakan.
 

Pertumbuhannya dan Pengembaraannya Mencari Ilmu

Di Mekkah, Imam Syafi ‘i dan ibunya tinggal di dekat Syi‘bu al-Khaif. Di sana, sang ibu mengirimnya belajar kepada seorang guru. Sebenarnya ibunya tidak mampu untuk membiayainya, tetapi sang guru ternyata rela tidak dibayar setelah melihat kecerdasan dan kecepatannya dalam menghafal. Imam Syafi‘i bercerita, “Di al-Kuttab (sekolah tempat menghafal Alquran), saya melihat guru yang mengajar di situ membacakan murid-muridnya ayat Alquran, maka aku ikut menghafalnya. Sampai ketika saya menghafal semua yang dia diktekan, dia berkata kepadaku, “Tidak halal bagiku mengambil upah sedikitpun darimu.” Dan ternyata kemudian dengan segera guru itu mengangkatnya sebagai penggantinya (mengawasi murid-murid lain) jika dia tidak ada. Demikianlah, belum lagi menginjak usia baligh, beliau telah berubah menjadi seorang guru.
Setelah rampung menghafal Alquran di al-Kuttab, beliau kemudian beralih ke Masjidil Haram untuk menghadiri majelis-majelis ilmu di sana. Sekalipun hidup dalam kemiskinan, beliau tidak berputus asa dalam menimba ilmu. Beliau mengumpulkan pecahan tembikar, potongan kulit, pelepah kurma, dan tulang unta untuk dipakai menulis. Sampai-sampai tempayan-tempayan milik ibunya penuh dengan tulang-tulang, pecahan tembikar, dan pelepah kurma yang telah bertuliskan hadits-hadits Nabi. Dan itu terjadi pada saat beliau belum lagi berusia baligh. Sampai dikatakan bahwa beliau telah menghafal Alquran pada saat berusia 7 tahun, lalu membaca dan menghafal kitab Al-Muwaththa’ karya Imam Malik pada usia 12 tahun sebelum beliau berjumpa langsung dengan Imam Malik di Madinah.
Beliau juga tertarik mempelajari ilmu bahasa Arab dan syair-syairnya. Beliau memutuskan untuk tinggal di daerah pedalaman bersama suku Hudzail yang telah terkenal kefasihan dan kemurnian bahasanya, serta syair-syair mereka. Hasilnya, sekembalinya dari sana beliau telah berhasil menguasai kefasihan mereka dan menghafal seluruh syair mereka, serta mengetahui nasab orang-orang Arab, suatu hal yang kemudian banyak dipuji oleh ahli-ahli bahasa Arab yang pernah berjumpa dengannya dan yang hidup sesudahnya. Namun, takdir Allah telah menentukan jalan lain baginya. Setelah mendapatkan nasehat dari dua orang ulama, yaitu Muslim bin Khalid az-Zanji -mufti kota Mekkah-, dan al-Husain bin ‘Ali bin Yazid agar mendalami ilmu fiqih, maka beliau pun tersentuh untuk mendalaminya dan mulailah beliau melakukan pengembaraannya mencari ilmu.
Beliau mengawalinya dengan menimbanya dari ulama-ulama kotanya, Mekkah, seperti Muslim bin Khalid, Dawud bin Abdurrahman al-‘Athar, Muhammad bin Ali bin Syafi’ –yang masih terhitung paman jauhnya-, Sufyan bin ‘Uyainah –ahli hadits Mekkah-, Abdurrahman bin Abu Bakar al-Maliki, Sa’id bin Salim, Fudhail bin ‘Iyadh, dan lain-lain. Di Mekkah ini, beliau mempelajari ilmu fiqih, hadits, lughoh, dan Muwaththa’ Imam Malik. Di samping itu beliau juga mempelajari keterampilan memanah dan menunggang kuda sampai menjadi mahir sebagai realisasi pemahamannya terhadap ayat 60 surat Al-Anfal. Bahkan dikatakan bahwa dari 10 panah yang dilepasnya, 9 di antaranya pasti mengena sasaran.
Setelah mendapat izin dari para syaikh-nya untuk berfatwa, timbul keinginannya untuk mengembara ke Madinah, Dar as-Sunnah, untuk mengambil ilmu dari para ulamanya. Terlebih lagi di sana ada Imam Malik bin Anas, penyusun al-Muwaththa’. Maka berangkatlah beliau ke sana menemui sang Imam. Di hadapan Imam Malik, beliau membaca al-Muwaththa’ yang telah dihafalnya di Mekkah, dan hafalannya itu membuat Imam Malik kagum kepadanya. Beliau menjalani mulazamah kepada Imam Malik demi mengambil ilmu darinya sampai sang Imam wafat pada tahun 179. Di samping Imam Malik, beliau juga mengambil ilmu dari ulama Madinah lainnya seperti Ibrahim bin Abu Yahya, ‘Abdul ‘Aziz ad-Darawardi, Athaf bin Khalid, Isma‘il bin Ja‘far, Ibrahim bin Sa‘d dan masih banyak lagi.
Setelah kembali ke Mekkah, beliau kemudian melanjutkan mencari ilmu ke Yaman. Di sana beliau mengambil ilmu dari Mutharrif bin Mazin dan Hisyam bin Yusuf al-Qadhi, serta yang lain. Namun, berawal dari Yaman inilah beliau mendapat cobaan –satu hal yang selalu dihadapi oleh para ulama, sebelum maupun sesudah beliau-. Di Yaman, nama beliau menjadi tenar karena sejumlah kegiatan dan kegigihannya menegakkan keadilan, dan ketenarannya itu sampai juga ke telinga penduduk Mekkah. Lalu, orang-orang yang tidak senang kepadanya akibat kegiatannya tadi mengadukannya kepada Khalifah Harun ar-Rasyid, Mereka menuduhnya hendak mengobarkan pemberontakan bersama orang-orang dari kalangan Alawiyah.
Sebagaimana dalam sejarah, Imam Syafi‘i hidup pada masa-masa awal pemerintahan Bani ‘Abbasiyah yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayyah. Pada masa itu, setiap khalifah dari Bani ‘Abbasiyah hampir selalu menghadapi pemberontakan orang-orang dari kalangan ‘Alawiyah. Kenyataan ini membuat mereka bersikap sangat kejam dalam memadamkan pemberontakan orang-orang ‘Alawiyah yang sebenarnya masih saudara mereka sebagai sesama Bani Hasyim. Dan hal itu menggoreskan rasa sedih yang mendalam pada kaum muslimin secara umum dan pada diri Imam Syafi‘i secara khusus. Dia melihat orang-orang dari Ahlu Bait Nabi menghadapi musibah yang mengenaskan dari penguasa. Maka berbeda dengan sikap ahli fiqih selainnya, beliau pun menampakkan secara terang-terangan rasa cintanya kepada mereka tanpa rasa takut sedikitpun, suatu sikap yang saat itu akan membuat pemiliknya merasakan kehidupan yang sangat sulit.
Sikapnya itu membuatnya dituduh sebagai orang yang bersikap tasyayyu‘, padahal sikapnya sama sekali berbeda dengan tasysyu’ model orang-orang syi‘ah. Bahkan Imam Syafi‘i menolak keras sikap tasysyu’ model mereka itu yang meyakini ketidakabsahan keimaman Abu Bakar, Umar, serta ‘Utsman , dan hanya meyakini keimaman Ali, serta meyakini kemaksuman para imam mereka. Sedangkan kecintaan beliau kepada Ahlu Bait adalah kecintaan yang didasari oleh perintah-perintah yang terdapat dalam Alquran maupun hadits-hadits shahih. Dan kecintaan beliau itu ternyata tidaklah lantas membuatnya dianggap oleh orang-orang syiah sebagai ahli fiqih madzhab mereka.
Tuduhan dusta yang diarahkan kepadanya bahwa dia hendak mengobarkan pemberontakan, membuatnya ditangkap, lalu digelandang ke Baghdad dalam keadaan dibelenggu dengan rantai bersama sejumlah orang-orang ‘Alawiyah. Beliau bersama orang-orang ‘Alawiyah itu dihadapkan ke hadapan Khalifah Harun ar-Rasyid. Khalifah menyuruh bawahannya menyiapkan pedang dan hamparan kulit. Setelah memeriksa mereka seorang demi seorang, ia menyuruh pegawainya memenggal kepala mereka. Ketika sampai pada gilirannya, Imam Syafi‘i berusaha memberikan penjelasan kepada Khalifah. Dengan kecerdasan dan ketenangannya serta pembelaan dari Muhammad bin al-Hasan -ahli fiqih Irak-, beliau berhasil meyakinkan Khalifah tentang ketidakbenaran apa yang dituduhkan kepadanya. Akhirnya beliau meninggalkan majelis Harun ar-Rasyid dalam keadaan bersih dari tuduhan bersekongkol dengan ‘Alawiyah dan mendapatkan kesempatan untuk tinggal di Baghdad.
Di Baghdad, beliau kembali pada kegiatan asalnya, mencari ilmu. Beliau meneliti dan mendalami madzhab Ahlu Ra’yu. Untuk itu beliau berguru dengan mulazamah kepada Muhammad bin al-Hassan. Selain itu, kepada Isma‘il bin ‘Ulayyah dan Abdul Wahhab ats-Tsaqafiy dan lain-lain. Setelah meraih ilmu dari para ulama Irak itu, beliau kembali ke Mekkah pada saat namanya mulai dikenal. Maka mulailah ia mengajar di tempat dahulu ia belajar. Ketika musim haji tiba, ribuan jamaah haji berdatangan ke Mekkah. Mereka yang telah mendengar nama beliau dan ilmunya yang mengagumkan, bersemangat mengikuti pengajarannya sampai akhirnya nama beliau makin dikenal luas. Salah satu di antara mereka adalah Imam Ahmad bin Hanbal.
Ketika kamasyhurannya sampai ke kota Baghdad, Imam Abdurrahman bin Mahdi mengirim surat kepada Imam Syafi‘i memintanya untuk menulis sebuah kitab yang berisi khabar-khabar yang maqbul, penjelasan tentang nasikh dan mansukh dari ayat-ayat Alquran dan lain-lain. Maka beliau pun menulis kitabnya yang terkenal, Ar-Risalah.
Setelah lebih dari 9 tahun mengajar di Mekkah, beliau kembali melakukan perjalanan ke Irak untuk kedua kalinya dalam rangka menolong madzhab Ash-habul Hadits di sana. Beliau mendapat sambutan meriah di Baghdad karena para ulama besar di sana telah menyebut-nyebut namanya. Dengan kedatangannya, kelompok Ash-habul Hadits merasa mendapat angin segar karena sebelumnya mereka merasa didominasi oleh Ahlu Ra’yi. Sampai-sampai dikatakan bahwa ketika beliau datang ke Baghdad, di Masjid Jami ‘ al-Gharbi terdapat sekitar 20 halaqah Ahlu Ra ‘yu. Tetapi ketika hari Jumat tiba, yang tersisa hanya 2 atau 3 halaqah saja.
Beliau menetap di Irak selama dua tahun, kemudian pada tahun 197 beliau balik ke Mekkah. Di sana beliau mulai menyebar madzhabnya sendiri. Maka datanglah para penuntut ilmu kepadanya meneguk dari lautan ilmunya. Tetapi beliau hanya berada setahun di Mekkah.
Tahun 198, beliau berangkat lagi ke Irak. Namun, beliau hanya beberapa bulan saja di sana karena telah terjadi perubahan politik. Khalifah al-Makmun telah dikuasai oleh para ulama ahli kalam, dan terjebak dalam pembahasan-pembahasan tentang ilmu kalam. Sementara Imam Syafi‘i adalah orang yang paham betul tentang ilmu kalam. Beliau tahu bagaimana pertentangan ilmu ini dengan manhaj as-salaf ash-shaleh –yang selama ini dipegangnya- di dalam memahami masalah-masalah syariat. Hal itu karena orang-orang ahli kalam menjadikan akal sebagai patokan utama dalam menghadapi setiap masalah, menjadikannya rujukan dalam memahami syariat padahal mereka tahu bahwa akal juga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Beliau tahu betul kebencian meraka kepada ulama ahlu hadits. Karena itulah beliau menolak madzhab mereka.
Dan begitulah kenyataannya. Provokasi mereka membuat Khalifah mendatangkan banyak musibah kepada para ulama ahlu hadits. Salah satunya adalah yang dikenal sebagai Yaumul Mihnah, ketika dia mengumpulkan para ulama untuk menguji dan memaksa mereka menerima paham Alquran itu makhluk. Akibatnya, banyak ulama yang masuk penjara, bila tidak dibunuh. Salah satu di antaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Karena perubahan itulah, Imam Syafi‘i kemudian memutuskan pergi ke Mesir. Sebenarnya hati kecilnya menolak pergi ke sana, tetapi akhirnya ia menyerahkan dirinya kepada kehendak Allah. Di Mesir, beliau mendapat sambutan masyarakatnya. Di sana beliau berdakwah, menebar ilmunya, dan menulis sejumlah kitab, termasuk merevisi kitabnya ar-Risalah, sampai akhirnya beliau menemui akhir kehidupannya di sana.
 

Keteguhannya Membela Sunnah

Sebagai seorang yang mengikuti manhaj Ash-habul Hadits, beliau dalam menetapkan suatu masalah terutama masalah aqidah selalu menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagai landasan dan sumber hukumnya. Beliau selalu menyebutkan dalil-dalil dari keduanya dan menjadikannya hujjah dalam menghadapi penentangnya, terutama dari kalangan ahli kalam. Beliau berkata, “Jika kalian telah mendapatkan Sunnah Nabi, maka ikutilah dan janganlah kalian berpaling mengambil pendapat yang lain.” Karena komitmennya mengikuti sunnah dan membelanya itu, beliau mendapat gelar Nashir as-Sunnah wa al-Hadits.
Terdapat banyak atsar tentang ketidaksukaan beliau kepada Ahli Ilmu Kalam, mengingat perbedaan manhaj beliau dengan mereka. Beliau berkata, “Setiap orang yang berbicara (mutakallim) dengan bersumber dari Alquran dan sunnah, maka ucapannya adalah benar, tetapi jika dari selain keduanya, maka ucapannya hanyalah igauan belaka.” Imam Ahmad berkata, “Bagi Syafi‘i jika telah yakin dengan keshahihan sebuah hadits, maka dia akan menyampaikannya. Dan prilaku yang terbaik adalah dia tidak tertarik sama sekali dengan ilmu kalam, dan lebih tertarik kepada fiqih.” Imam Syafi ‘i berkata, “Tidak ada yang lebih aku benci daripada ilmu kalam dan ahlinya” Al-Mazani berkata, “Merupakan madzhab Imam Syafi‘i membenci kesibukan dalam ilmu kalam. Beliau melarang kami sibuk dalam ilmu kalam.”
Ketidaksukaan beliau sampai pada tingkat memberi fatwa bahwa hukum bagi ahli ilmu kalam adalah dipukul dengan pelepah kurma, lalu dinaikkan ke atas punggung unta dan digiring berkeliling di antara kabilah-kabilah dengan mengumumkan bahwa itu adalah hukuman bagi orang yang meninggalkan Alquran dan Sunnah dan memilih ilmu kalam.
 

Wafatnya

Karena kesibukannya berdakwah dan menebar ilmu, beliau menderita penyakit bawasir yang selalu mengeluarkan darah. Makin lama penyakitnya itu bertambah parah hingga akhirnya beliau wafat karenanya. Beliau wafat pada malam Jumat setelah shalat Isya’ hari terakhir bulan Rajab permulaan tahun 204 dalam usia 54 tahun. Semoga Allah memberikan kepadanya rahmat-Nya yang luas.
Ar-Rabi menyampaikan bahwa dia bermimpi melihat Imam Syafi‘i, sesudah wafatnya. Dia berkata kepada beliau, “Apa yang telah diperbuat Allah kepadamu, wahai Abu Abdillah ?” Beliau menjawab, “Allah mendudukkan aku di atas sebuah kursi emas dan menaburkan pada diriku mutiara-mutiara yang halus”
 

Karangan-Karangannya

Sekalipun beliau hanya hidup selama setengah abad dan kesibukannya melakukan perjalanan jauh untuk mencari ilmu, hal itu tidaklah menghalanginya untuk menulis banyak kitab. Jumlahnya menurut Ibnu Zulaq mencapai 200 bagian, sedangkan menurut al-Marwaziy mencapai 113 kitab tentang tafsir, fiqih, adab dan lain-lain. Yaqut al-Hamawi mengatakan jumlahnya mencapai 174 kitab yang judul-judulnya disebutkan oleh Ibnu an-Nadim dalam al-Fahrasat.
Yang paling terkenal di antara kitab-kitabnya adalah al-Umm, yang terdiri dari 4 jilid berisi 128 masalah, dan ar-Risalah al-Jadidah (yang telah direvisinya) mengenai Alquran dan As-Sunnah serta kedudukannya dalam syariat.
 
Sumber :
1. Al-Umm, bagian muqoddimah hal 3-33.
2. Siyar A‘lam an-Nubala’
3. Manhaj Aqidah Imam asy-Syafi‘, terjemah kitab Manhaj al-Imam Asy-Syafi ‘i fi Itsbat al-‘Aqidah karya DR. Muhammad AW al-Aql terbitan Pustaka Imam Asy-Syafi‘i, Cirebon.

Followers

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites