Click here for Myspace Layouts

Jumat, 29 April 2011

Sejarah Tembakau Madura

Oleh : M. Muhri  Zaien
Ketika istilah tembakau disebut, nama Madura tetap menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Seakan nama tembakau telah menyatu dan mem batu dalam kehidupan Madura. Artinya, menyebut tembakau secara otomatis juga menyebut Madura, sehingga muncul istilah Tembakau Madura atau Madura sebagai basis daun tembakau yang selalu menjadi harapan orang-orang Madura.
Hal ini terjadi, karena bagi orang-orang Madu ra, tembakau telah menjadi bagian yang include dalam kehidupan Madura, bahkan telah menjadi sesuatu yang selalu diharapkan oleh seluruh masya rakat Madura. Tidak heran kalau pada gilirannya, namun tembakau memiliki sinonim yang sangat luar biasa di kalangan masyarakat Madura sebagai daun emas. Daun emas berarti dengan tembakau yang dipanen, orang-orang Madura dapat membeli emas dan mendapat banyak uang.
Sebab, dengan tembakau orang madura memili ki harapan sangat besar mendapatkan banyak uang dan bisa jadi juga mendapatkan emas. Terlalu muda bagi orang madura, apabila musim panen tembakau tiba, tidak jarang orang Madura menjadi kan momentum ini sebagai momentum penuh nik mat, akibat keuntungan yang dipetik dari daun e-mas bernama tembakau.
Akibatnya, sejak dahulu kala sampai kini bagi masyarakat Madura, tembakau tetap menjadi pili han primadona yang idak terkalahkan. Kesadaran akan makna penting tembakau bagi orang-orang Madura bahkan lebih dari hanya sekedar itu : tem bakau telah dianggap sebagai musim penuh nikmat yang tidak boleh terlewatkan begitu saja. Hampir semua tanah, baik persawahan maupun pegunu ngan pada saat musim tembakau penuh dengan tanaman daun emas ini. Para petani bunting banting tulang siang malam dan cari modal sana sini hanya untuk membuktikan bahwa tembakau merupakan satu-satunya yang selalu diharapkan.
Ihwal Tembakau Madura
Dalam bukunya “Madura Dalam Empat Zaman” : Pedagang Perkembangan Ekonomi, dan Islam” (1989 : 45), Huub de Jonge menulis bahwa timbul nya dan penyebarluasan penanaman tembakau komersial di Madura sangat banyak ditentukan oleh perkembangan agraris di pualu tetangga Jawa. Ba ik tanaman perdagangan waktu sistem Tanam Paksa maupun pertanian perkebunan dalam tahun-tahun kemudian, secara tidak langsung mempunyai arti penting bagi budidaya tembakau rakyat Madura.
Tulisan Huub de Jonge di atas merupakan bukti sangat sederhana bahwa proses tataniaga di Ma dura, sebenarnya merupakan tradisi impor yang datang dari luar Madura dan bukan merupakan tradisi asli masyarakat Madura. Walaupun, kini tem bakau telah menjadi bagian dari Madura Tembakau dan Madura telah menjadi satu bagian yang nota bene tidak bisa terpisahkan.
Bahkan, kini tembakau madura menjadi temba kau yang selalu diperhitungkan. Tidak heran kalau pada gilirannya tembakau Madura menjadi incaran pengusaha, karena kualitas yang sulit ditemukan di daerah-daerah lain di luar madura. Tembakau Madura sepertinya telah menjadi idiom faktual yang menaburkan aroma harum dan enak sebagai kon sumsi rokok.
Tembakau Prancak misalnya, merupakan tem bakau idaman di daerah Kabupaten Sumenep yang diyakini memiliki kualitas sebagai tembakau terbaik dalam konteks lokal Sumenep, bagi masyarakat Prancak Pasongsongan ini, musim tembakau benar-benar menjadi musim terindah dengan kenikmatan uang yang berlimpah akibat panen tembakau. Bisa jadi, bagi masyarakat Prancak, musim tembakau merupakan musim kemenangan yang selelu ditunggu dan ditunggu.
Artinya, walaupun tembakau merupakan tradisi impor dari luar Madura, ternyata tanah Madura yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai tanah yang meranggas dan tidak produktif, pada sisi yang lain menyimpan potensi tembakau yang tidak bisa disepelekan. Madura diakui ataupun tidak telah menjadi penyumbang tanaman yang tidak bisa disepelekan. Karena tembakau yang dilahirkan dari rahim tanah Madura telah membuktikan sebagai salah satu tembakau yang sangat bernilai dan menjadi rebutan pabrik rokok.
Karena secara historis, usaha untuk mentemba kaukan Madura pada awalnya tidak lepas dari rin tangan dan penuh dengan liku-liku, sebelum masuk ke Madura proses uji coba penanaman tembakau di Madura tidak seperti yang terjadi saat ini. Pertim bangan-pertimbangan dari Pemerintah Belanda pada waktu itu benar-benar menjadi alasan betapa penanaman tembakau di Madura menghadapi rinta ngan. Stigma klasik tanah Madura yang tidak produk tif menjadi catatan bagi pemerintahan ketika itu untuk mempertimbangkan penanaman tembakau di bumi Madura.
Menuru Huube de Jonge (hlm. 148), di Madura dalam tahun 1830 diadakan percobaan dengan tembakau. Namun residen Surabaya segera mem beritahukan kepada Gubernur Jenderal, Madura sama sekali tidak cocok untuk penanaman temba kau. Lahan-lahannya yang rendah penuh dengan batu-batu dan tanahj yang tinggi mengandung terlalu banyak kapur. Lagi pula sangat kekurangan air, sehingga “semua budidaya tanaman yang mem butuhkan pengairan atau kelembaban, tidak akan berhasil disana”. Karena ekspremen dengan tana man-tanaman lain, pada waktu itu Madura selamat dari tanaman paksa yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial.
Namun demikian, menurut Huube (hlm. 149), orang-orang Madura dapat mengenal penanaman tembakau dengan cara lain. Banyak orang Madura dalam waktu singkat atau lama memperoleh peker jaan di budidaya tembakau gubernemen di Jawa. Para migran ini bekerja sebagai kuli di gudang-gu dang tembakau atau dengan menerima bayaran, mereka mengganikan petani jawa, yang dengan jalan ini dapat melepaskan diri dari kerja paksa.
Setidaknya sejak itulah, orang-orang Madura mulai dapat mengenal budidaya tembakau, yang pada gilirannya menjadi tanaman unik dan idaman masyarakat Madura. Tembakau dalam bahasa yang terlalu ideal bisa disebut telah menjadi pangkuan utama bagi masyarakat Madura sepanjang masa. Orang-orang Madura sampai kini mungkin masih menganggap tembakau sebagai dewa penolong yang selalu menaburkan berkah dan diidamkan dalam setiap tahun.
Selanjutnya, darimanapun asal mula penana man tembakau, hari ini Madura telah membuktikan sebagai daerah produk tif untuk budidaya temba kau. Asumsi yang pernah ditakutkan oleh Pemerintah kolonial Belanda dulu, ternyata tidak bisa dija dikan sebagai kesimpulan untuk mengatakan Madu ra sebagai daerah kering yang tidak bisa menyimpan apa-apa. Madura memang meranggas, tetapi tidak sepenuhnya, karena budidaya tembakau yang se tiap musim menjadi primadona masyarakat Madura menjadi bukti konkrit tentang Madura yang sebe narnya. Tembakau Madura masih tetap bisa dian dalkan.

Di kutip : http://tabloid_info.sumenep.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=204&Itemid=28

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites